Main Di Ciliwung (bagian 3) | Panahan Di Pinggir Sungai
- Admin
- Nov 9, 2016
- 2 min read
Rekan saya, Bang Heydar, Pemilik BSD Archery Club turut meramaikan pengarungan di Ciliwung dengan menghadirkan kegiatan archery (panahan). Dikalangan penyedia layanan kegiatan experiential learning, kegiatan memanah saat ini mulai dilirik sebagai salah satu aktivitas yang menjadi media pembelajaran diri. Setelah selama 15 tahun, Paintball menjadi salah satu unggulan, kini archery hadir menjadi penambah semarak program experiential learning.
Dalam rangkaian eco trip ciliwung, archery akan di-insert menjadi sebuah transit activity yang tetap akan didorong sebagai media pembelajaran diri. Sangat dalam dan luas cakupan insight yang terkandung dalam kegiatan yang konon menjadi olahraganya Rasulullah SAW ini. Namun memang untuk dapat 'menangkap' learning pointnya dibutuhkan pemandu yang memang kompeten dalam teknik-teknik experiential learning.
Awalnya saya melihat kegiatan ini hanyalah olahraga semata. Mungkin ini dikarenakan pada tahap awal mengikuti kegiatan ini, kita akan sedikit "direpotkan" dengan keharusan beradaptasi dengan teknik bermain panahan dengan baik dan benar. Lama kelamaan busur, anak panah dan papan target seolah membawa kita pada sebuah ruangan dengan cermin besar tentang diri kita. Kita seolah diajak bercermin tentang sejauh mana kita fokus pada apa yang kita tuju, fleksibiitas kita dalam menyiasati berbagai kendala dan banyak hal yang akan muncul sebagai experience valuenya. Dan sudah pasti, value yang muncul ini akan berbeda pada diri tiap orang yang memainkannya.
Entah kapan ditemukannya kegiatan ini, yang jelas sejak zaman prasejarah, panah digunakan sebagai alat berburu oleh manusia pada saat itu. Dan lambat laun berkembang sebagai alat perang antar suku. Sebagai kegiatan rekreasi dan olahraga, King Charles II dari Inggris mulai melakukannya sekitar tahun 1676.
Di Indonesia, juga tidak begitu jelas asal-usul kegiatan ini. Sebagai aktivitas olahraga, tercatat panahan mulai digelar menjadi salah satu cabang olahraga di Pekan Olahraga Nasional I di Surakarta pada tahun 1948 dan terus berkembang sebagai cabang olahraga. hingga di tahun 1988 prestasi panahan Indonesia ditorehkan oleh tim atlet panahan Indonesia di Olimpiade Seoul, Korea Selatan.
Kembali pada panahan sebagai media experiential learning. Belum jelas juga siapa yang memulainya. Namun di Indonesia mulai dirasakan di awal tahun 2015 mulai ada penyedia layanan program experiential learning melirik panahan sebagai salah satu alternatif kegiatan 'outbound'. perkembangannya pun cukup pesat. Biasanya ini dilakukan oleh operator paintball (war simulation). Mereka mulai menjadikan archery sebagai opsi kegiatan, melengkapi paintball yang selama 15 tahun terakhir telah menjadi salah satu primadona dalam program-program outbound (baca : experiential learning).
Perkembangan archery di dunia outbound pun terasa begitu cepat, karena selain kegiatannya yang menarik, ternyata pasar (terutama pelanggan korporasi) menyambut dengan antusias saat kegiatan ini diajukan menjadi salah satu pilar program experiential learning.
Dalam rancangan program Eco Tour Ciliwung, kembali Archery coba disisip menjadi salah satu pos kegiatan yang akan melengkapi unsur bermain dan belajar di Ciliwung ini. Harapannya adalah para peserta akan mendapatkan insight yang lebih komplit dari kombinasi beberapa kegiatan yang memadukan aspek olahraga, seni dan budaya lokal Ciliwung dengan segenap kearifan masyarakatnya.
Comentários