Seharian Di Ciliwung (bagian 5) | Belajar Konsisten Ala "Totol-Totol" Nikoci
- Admin
- Nov 21, 2016
- 2 min read
Pengarungan kami di Ciliwung dengan stand up paddle board kembali dihentikan sejenak di salah satu tepian. Kali ini kami menepi di Kampung Ratu Jaya. Salah satu kampung yang oleh Komunitas Ciliwung Depok didirikan sebuah saung pustaka air, sebuah mini library berbentuk rumah panggung yang terbuat dari bambu. Sejak awal pengarungan, sudah terinformasikan kepada kami bahwa Saung Pustaka Air di Ratu Jaya memiliki sebuah kesenian lokal yang diberi nama NIKOCI dan NIBACI. Nikoci adalah kependekan dari Seni Koral Ciliwung, sedangkan NIBACI merupakan kependekan dari Seni Bambu Ciliwung. Ditilik dari namanya, dua nama itu merupakan sebuah seni melukis/menggambar di atas sebuah media alam. Medianya ada dua yaitu batu koral dan batang bambu.
Bagaimana cara melukis di atas batu dan bambu ini ?
Ternyata Nikoci dan Nibaci memiliki teknik yang khas dalam membentuk hasil lukis dan gambarnya. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat gugusan dot-dot (titik-titik) dengan pola yang cenderung teratur sehingga bagian permukaan media tertutup oleh ribuan titik warna-warni yang indah dipandang mata.
Awalnya saya berfikir simpel, apa istimewanya dari seni lukis yang satu ini ? toh hanya terlihat seperti penempatan titik berwarna dalam rumpun yang teratur kok. Namun, sebagai praktisi experiential learning, saya berfikir bahwa saya harus ikut melakukannya supaya saya tahu ada apa dibalik seni lukis yang satu ini.
Pertama yang saya lakukan adalah melapisi permukaan media dengan satu warna dasar. saya memilih warna hitam untuk melapisi permukaan media. Dan setelah itu saya harus memulai memenuhi permukaan hitam ini dengan titik-titik yang saya inginkan. Permasalahan mulai muncul, dimanakah titik pertama akan saya tempatkan ? Kenapa demikian ? karena seni lukis yang satu ini akan tidak seperti kita menggambar diatas kertas menggunakan pensil yang bila salah akan mudah dihapus dan dikoreksi. Kebingungan akan penempatan titik pertama dipengaruhi oleh pertanyaan lanjutannya : kemana titik-titik berikutnya akan "mengalir" ?
Pada detik yang sama, saya mendapatkan langsung dua nilai pembelajaran dari kegiatan yang sama. Yaitu yang pertama, setiap kali akan menempuh sesuatu, kita harus tahu dimanakah titik awal langkah kita. Ini boleh dimaknai dengan mengetahui siapa kita dan sejauh mana kapasitas dan kemampuan kita, sehingga kita mampu mengukur target dan jalan manakah yang akan kita tempuh.
sekitar 100 titik berhasil saya torehkan di kira-kira 1/8 bagian bidang batu koral. sebersit keletihan sempat mampir di mata dan otak saya. Ternyata membuat titik-titik dalam alur teratur itu cukup menguras energi dan konsentrasi. Kita tidak bisa sembarang meletakkan titik warna ditempat yang kita sukai. sekali titik pertama berhasil ditorehkan, maka titik-titik berikutnya harus diletakkan sesuai pola dan alur yang telah kita bayangkan diawal proses melukis. Betapa batu dan tinta-tinta ini benar-benar memaksa saya untuk konsisten terhadap sebuah rencana dan proses bila ingin hasilnya tercapai sesuai dengan yang kita harapkan.

semakin banyak titik yang berhasil saya torehkan, semakin asyik rasanya tenggelam pada sebuah 'keteraturan' alur ini. apalagi saat melihat bentukan titik-titik yang semakin jelas membentuk sebuah hasil lukis yang unik ini. Ternyata konsistensi memegang peranan penting dalam mencapai obsesi dan tujuan yang ingin kita raih. Dan sebuah pola yang teratur akan memudahkan kita dalam menjalani prosesnya
Comments